HomeBlogSuami Qowwam4 Sebab Istri Mencela Suami:

4 Sebab Istri Mencela Suami:

4 Sebab Istri Mencela Suami:

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

Tinjauan Ilmiah dari Perspektif Psikologi, Kepemimpinan Lelaki, dan Ilmu Rumah Tangga Islam


1. Suami Tidak Qowwam: Kepemimpinan Gagal Sebagai Akar Celaan 💔

Dalam Surat An-Nisa’ ayat 34, Allah berfirman:

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ

“Kaum laki-laki adalah qowwam (pemimpin, pelindung, dan penanggung jawab) atas kaum perempuan…”

Kata qowwam bermakna bukan hanya pemimpin fungsional, tetapi pemikul tanggung jawab penuh atas arah dan keselamatan hidup keluarga. Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebut bahwa lelaki adalah pemilik keutamaan dalam akal, fisik, dan kemampuan menafkahi, sehingga kepemimpinannya adalah taklif, bukan privilege.

Jika suami tidak qowwam, maka kepemimpinan rumah tangga menjadi pincang. Istri—secara naluriah—kehilangan sosok yang ia hormati, ikuti, dan teladani. Dari sinilah muncul bentuk penolakan bawah sadar yang kerap diekspresikan dalam bentuk celaan, kritik, atau resistensi emosional.

Dari perspektif psikologi, hal ini sejalan dengan teori Attachment & Authority Balance. Ketika figur otoritas (suami) gagal menghadirkan keamanan psikologis, maka pasangan akan membentuk reaksi protes yang ditandai dengan ketegangan verbal dan pelemahan ikatan emosional.

“Istri tidak ingin menjadi pemimpin, tapi ia juga tidak tahan hidup tanpa pemimpin.” 🥀


2. Suami Salah Cara Menjalankan Rumah Tangga: Ilusi Pemimpin, Tapi Bukan Pembimbing 🧭

Banyak suami merasa sudah menjadi kepala rumah tangga hanya karena memiliki status formal sebagai suami. Padahal, kepemimpinan rumah tangga adalah seni membimbing perasaan, mengarahkan visi keluarga, dan memfasilitasi pertumbuhan ruhani anggota keluarga.

Kesalahan umum suami antara lain:

  • Mengatur dengan gaya komando tanpa membangun komunikasi hati. 🗣️
  • Fokus pada aspek material, lalai pada aspek emosional dan spiritual. 💰
  • Memandang rumah tangga sebagai struktur statis, bukan ekosistem dinamis. 🔄

Dalam psikologi keluarga modern, pendekatan dominatif tanpa empati dikenal sebagai pola authoritarian household. Ini menghasilkan konflik, bukan kepatuhan. Istri yang terus dicela tanpa diberi ruang berdialog akan mengalami kelelahan psikologis, lalu melawan secara pasif-agresif.

Dari sudut pandang Islam, rumah tangga Rasulullah ﷺ adalah representasi tertinggi rumah tangga yang penuh cinta, dialog, dan kebijaksanaan. Bahkan dalam riwayat Muslim, beliau membiarkan Aisyah marah, menangis, bahkan memukul bantal di hadapan beliau—namun semua itu tidak memutuskan cinta.

“Kesalahan cara dalam rumah tangga bukan hanya gagal membina, tapi juga bisa menghancurkan marwah kepemimpinan suami.” 💥


3. Suami Lalai Bangun Pesona Diri: Hilangnya Karisma, Lenyapnya Hormat ✨

Salah satu sebab kenapa istri mencela adalah karena suami kehilangan daya pesona. Bukan sekadar tampilan fisik, tapi karakter dominan yang membuat istri merasa beruntung memiliki suami tersebut.

Menurut Ilmu Pesona Diri yang menjadi pilar dalam Program Private Mentoring Poligami, ada 4 pondasi utama pesona suami:

  1. Ruh yang selaras dengan wahyu 📖
  2. Dada yang lapang dan siap mengayomi 🤗
  3. Hati yang bening dari keluh kesah dan prasangka 💧
  4. Jiwa yang besar dalam menyerap dan menenangkan gejolak istri 🌊

Jika empat pondasi ini kosong, maka suami akan terlihat seperti “lelaki lelah yang gagal bersinar”. Istri kehilangan figur yang bisa dibanggakan dan secara alamiah mengekspresikan kecewa lewat celaan.

Dalam pendekatan Self-Image Psychology, wanita memiliki kebutuhan untuk “menaungi egonya” dengan rasa bangga terhadap pasangannya. Ketika suami tidak berkarisma, maka istri kehilangan alasan untuk loyal.

“Istri tidak bisa menghormati lelaki yang tidak mengagumkan.” 👑


4. Suami Salah Pilih Istri: Kompatibilitas Batin Tak Terbangun 💑

Pernikahan tanpa landasan iman, visi, dan tujuan spiritual bersama akan menjadi ladang konflik. Salah pilih istri bukan berarti istri buruk, tapi istri tidak kompatibel dengan panggilan hidup suami.

Dalam banyak kasus, lelaki yang membawa visi besar (terutama dalam visi dakwah, poligami, atau misi sosial) harus memiliki istri yang tidak hanya cantik lahir, tapi kuat batin, luas wawasan, dan tidak reaktif terhadap tekanan sosial.

Dalam psikologi relasional, ini dikenal dengan value mismatch—ketika sistem keyakinan, harapan, dan cara pandang hidup tidak sejalan. Akibatnya, rumah tangga menjadi arena saling membatalkan niat dan impian.

Dari sudut pandang fikih, Nabi ﷺ pernah bersabda:

“Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

“Jika istri tidak berada di frekuensi hidup suami, maka yang keluar dari lisannya bukan syukur, tapi celaan.” 🗣️


📌 Penutup: Jalan Solusi

  • Bangun kembali karakter Qowwamah secara spiritual dan fungsional. 🏗️
  • Pelajari ilmu rumah tangga dengan pola pembimbingan, bukan dominasi. 💡
  • Rawat dan latih pesona diri sebagai magnet cinta dan hormat. 💖
  • Lakukan re-orientasi visi pernikahan jika istri tidak lagi kompatibel dalam jalan hidup yang Allah kehendaki. 🎯

Ingin Membenahi Diri Sebelum Dicela?

Bergabunglah dalam Program Private Mentoring Poligami & Rumah Tangga Sakinah.

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Mentor Poligami Expert


Baca Juga: