HomeBlogPolitikManifesto: Dari Konsep ke Kekuasaan

Manifesto: Dari Konsep ke Kekuasaan

Manifesto: Dari Konsep ke Kekuasaan

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

1️⃣ Konsep: Peta Tanpa Kaki

Bangsa ini tidak kekurangan konsep. Seminar, buku, pidato pejabat penuh dengan ide besar: keadilan sosial, ekonomi kerakyatan, demokrasi Pancasila, hingga visi Indonesia Emas 2045.

Di atas kertas semua tampak indah, tetapi tanpa daya sosial-politik, semua itu hanyalah peta tanpa kaki.

Seperti kata Imam Al-Ghazali:

“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan.”

👉 Maka konsep tanpa implementasi politik adalah kegilaan intelektual. Kita berdebat panjang soal teori, tetapi tak pernah melangkah ke perebutan otoritas.

⚠️ Hasilnya? Wacana jadi kuburan. Ide kita mati bukan karena salah, tapi karena tak pernah dipelihara oleh kekuatan nyata.

2️⃣ Social Capital: Senjata Tersembunyi

Sejarah menunjukkan: yang membuat ide bertahan bukanlah logikanya, melainkan jaringannya.

Social capital — kekuatan jaringan, loyalitas, dan trust — lebih menentukan daripada teori.

  • Islam awalnya hanyalah dakwah kecil, tetapi dengan jamaah yang solid, ukhuwah yang kokoh, dan jaringan politik di Madinah, ia berubah jadi peradaban.
  • Komunisme, kapitalisme, nasionalisme — semua hanya jadi nyata karena ditopang jaringan sosial yang loyal.

Al-Qur’an menegaskan:

“Siapkanlah untuk menghadapi mereka segala kekuatan…” (QS. Al-Anfal: 60)

Kekuatan itu termasuk kekuatan sosial. Tanpa social capital, konsep hanyalah mesin tanpa bahan bakar.

3️⃣ Otoritas: Pena Penulis Sejarah

Konsep tak menulis sejarah. Yang menulis sejarah adalah pemegang otoritas.

Rasulullah ﷺ di Mekah punya konsep tauhid, tapi tanpa otoritas beliau ditolak dan diusir. Baru ketika di Madinah beliau memegang otoritas politik, Islam menjadi sistem hidup.

📜 Piagam Madinah adalah bukti: konsep hanya hidup jika punya legitimasi kekuasaan.

Sejarah tidak mengenang teori kosong. Ia mengenang penguasa yang menerapkannya.

4️⃣ Kekuasaan: Panggung Realisasi

Konsep + social capital + otoritas masih belum cukup tanpa kekuasaan. Karena hanya di atas panggung kekuasaanlah konsep benar-benar hidup.

  • Islam jadi peradaban dunia karena kekuasaan Khulafaur Rasyidin dan dinasti-dinasti sesudahnya.
  • Kapitalisme berjaya karena negara-negara modern tunduk pada modal.
  • Komunisme tegak karena Lenin merebut kekuasaan di Rusia.

⚖️ Kekuasaan adalah ujian terakhir dari sebuah ide. Tanpanya, konsep hanyalah slogan; dengannya, konsep menjadi sejarah.

5️⃣ Pilihan Bangsa Ini

Hari ini kita terlalu sibuk mengoleksi konsep:

  • Seminar tentang demokrasi.
  • Diskusi ekonomi kerakyatan.
  • Konferensi tentang visi Indonesia Emas.

Tetapi, sementara kita sibuk berwacana, ada pihak lain yang sibuk membangun social capital, merebut otoritas, dan menduduki kekuasaan.

Pertanyaan sejatinya adalah:

  • Siapa yang membangun social capital untuk menopang konsep itu?
  • Siapa yang merebut otoritas agar konsep itu sah?
  • Siapa yang berani menduduki kekuasaan agar konsep itu hidup?

Jika tidak dijawab, maka kita hanyalah bangsa pengoleksi konsep — bangsa yang pandai berteori, tetapi gagal menulis sejarahnya sendiri.

🔑 Rumus Akhir Sejarah

📌 Konsep + Social Capital + Otoritas + Kekuasaan = Peradaban
📌 Konsep tanpa tiga unsur lain = Debu sejarah

🔥 Dengan kata lain: sejarah hanya menghormati mereka yang berani menguasai kekuasaan untuk mewujudkan konsep. Sisanya hanyalah penonton di panggung zaman.

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Sebagai Panglima Lapangan


Baca Juga: