
Coach Hafidin |ย 0812-8927-8201
Sejarah politik dan peradaban manusia selalu membuktikan satu hukum keras: sehebat apapun sebuah konsep, jika hanya berhenti pada ranah ide, maka ia akan ditelan zaman.
Konsep, teori, bahkan ideologi yang tidak dipersenjatai dengan modal sosial (social capital), otoritas, dan kekuasaan, pasti akan kalah oleh mereka yang lebih serius membangunnya.
๐ Konsep: Potensi Tanpa Daya Gerak
Konsep adalah peta jalan. Ia bisa memandu arah, tapi tidak mampu melangkah sendiri. Seindah apapun peta, ia tak akan membawa seorang musafir ke tujuan jika tidak ada kaki yang berjalan.
Imam Al-Ghazali pernah mengingatkan:
โุงูุนูู ุจูุง ุนู ู ุฌููู ูุงูุนู ู ุจูุง ุนูู ูุง ููููโ
โIlmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan.โ
(Ihyaโ Ulumuddin, Juz 1, hlm. 51)
Begitu pula konsep bernegara: tanpa amal sosial-politik, ia hanya ilusi akademik.
โ๏ธ Modal Sosial: Senjata yang Sesungguhnya
Pierre Bourdieu menyebut social capital sebagai kekuatan jaringan, kepercayaan, dan loyalitas โ yang memberi daya dominasi lebih besar daripada sekadar modal ekonomi.
Kapitalisme bertahan bukan karena konsepnya adil, tetapi karena membangun jaringan global: bank, korporasi, media, dan militer. Komunisme meluas karena partai kader yang militan. Islam berkembang bukan hanya karena keindahan tauhid, tetapi karena Rasulullah ๏ทบ membangun ukhuwah, jamaah, dan struktur sosial yang solid.
Allah ๏ทป berfirman:
โููุฃูุนูุฏูููุง ููููู ู ููุง ุงุณูุชูุทูุนูุชูู ู ููู ูููููุฉูโ
โDan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…โ
(QS. Al-Anfal: 60)
Ayat ini menegaskan: kekuatan bukan sekadar konsep, melainkan kapasitas nyata โ jaringan, otoritas, dan kekuasaan.
๐ Otoritas: Penentu Arah Sejarah
Konsep tidak pernah menulis sejarah. Yang menulis sejarah adalah mereka yang berkuasa.
Yusuf al-Qaradawi dalam Fiqh ad-Daulah menegaskan bahwa Islam bukan hanya agama ritual, tapi juga sistem yang mengatur kekuasaan, keadilan, dan masyarakat. Islam berkuasa di Madinah bukan karena teori, tetapi karena otoritas politik Rasulullah ๏ทบ diakui kabilah-kabilah.
๐ Kekuasaan: Panggung Realisasi
Seindah apapun konsep, tanpa kekuasaan, ia hanya berputar di ruang seminar, buku, dan perdebatan intelektual. Dengan kekuasaan, konsep bisa hidup, menjadi kebijakan, lalu membentuk budaya dan peradaban.
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menyatakan:
โุงูู ูู ูู ุงูุบุงูุฉ ุงูุชู ุชุฌุฑู ุฅูููุง ุงูุนุตุจูุฉโ
โKekuasaan adalah tujuan akhir dari solidaritas sosial (โashabiyah).โ
Banyak pemikir sibuk mempercantik konsep, sementara pihak lain sibuk merebut kursi kekuasaan.
๐ Rumus Sejarah yang Tak Terbantahkan
๐น Konsep + Social Capital + Otoritas + Kekuasaan = Peradaban
๐น Konsep tanpa tiga unsur itu = Wacana yang hilang ditelan zaman
โ Pertanyaan Bagi Bangsa Kita
Hari ini, bangsa ini sibuk dalam debat panjang tentang konsep: ideologi, sistem pemerintahan, ekonomi kerakyatan, kedaulatan energi, dan lainnya. Semua indah di atas kertas.
Tapi, siapa yang serius membangun social capital?
Siapa yang merebut otoritas?
Siapa yang menduduki kekuasaan?
Jika bangsa ini hanya sibuk berdebat konsep tanpa menguasai realitas sosial-politik, maka jangan heran bila kita hanya jadi penonton dalam panggung sejarah.
โ ๏ธ Sejarah tidak mencatat konsep. Sejarah mencatat siapa yang berkuasa.
Barokallah fiikum
KH. Hafidin โSsebagai Panglima Lapangan
Baca Juga: