HomeBlogPolitikBagian 3: Otoritas – Siapa yang Menulis Arah Sejarah

Bagian 3: Otoritas – Siapa yang Menulis Arah Sejarah

Bagian 3: Otoritas – Siapa yang Menulis Arah Sejarah

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

Seindah apapun sebuah konsep, ia tetap hanyalah tinta di atas kertas. Yang benar-benar menulis sejarah adalah mereka yang memegang otoritas. Dari tangan pemegang otoritaslah, sebuah konsep bisa dihidupkan atau justru dikubur.

📌 Otoritas: Lebih dari Sekadar Kekuasaan Formal

Otoritas bukan hanya kursi jabatan. Ia adalah legitimasi yang diakui masyarakat. Seseorang bisa punya konsep besar, tetapi tanpa otoritas, ia hanyalah suara di padang pasir.

Yusuf al-Qaradawi dalam Fiqh ad-Daulah menegaskan:

“الإسلام ليس دينا روحيا فحسب، بل هو نظام شامل للحياة، يقوم على السلطة التي تحفظه وتنفذه.”
“Islam bukan sekadar agama spiritual, tetapi sebuah sistem kehidupan yang menyeluruh, yang berdiri di atas otoritas untuk menjaga dan menegakkannya.”

Dengan kata lain, Islam tidak akan menjadi sistem hidup kalau Rasulullah ﷺ tidak memiliki otoritas politik di Madinah.

🌟 Rasulullah ﷺ: Dari Da’i ke Pemimpin Negara

Di Mekah, Rasulullah ﷺ memiliki konsep agung: tauhid. Tetapi beliau ditolak, dicaci, bahkan diusir. Kenapa? Karena tidak memiliki otoritas politik.

Namun ketika hijrah ke Madinah, keadaan berubah. Rasulullah ﷺ disambut bukan hanya sebagai guru spiritual, tetapi juga sebagai pemimpin politik yang sah. Piagam Madinah menjadi bukti nyata bahwa konsep Islam bertransformasi menjadi sistem negara karena ada otoritas yang menopangnya.

📖 Konsep Tak Pernah Menulis Sejarah

Sejarah tidak mencatat teori, ia mencatat para penguasa.

  • Demokrasi Athena dikenang karena para pemimpin polis menerapkannya.
  • Khilafah Rasyidah dikenang karena para khalifah menegakkannya.
  • Kapitalisme berjaya karena para penguasa politik tunduk pada kepentingan pemodal.

Tanpa otoritas, semua konsep hanyalah retorika kosong.

Ibnu Taimiyah pernah berkata:

“ستون سنة من إمام جائر أصلح من ليلة بلا إمام”
“Enam puluh tahun berada di bawah pemimpin zalim lebih baik daripada satu malam tanpa pemimpin.”
(Majmu’ Fatawa, 28/390)

Pesan ini menegaskan: otoritas, betapapun buruknya, lebih kuat membentuk realitas daripada konsep tanpa kekuasaan.

🪞 Sindiran untuk Kita

Hari ini kita masih sibuk memperdebatkan:

  • Apakah kita butuh demokrasi liberal atau demokrasi Pancasila?
  • Apakah kita harus ekonomi pasar atau ekonomi kerakyatan?
  • Apakah kita bangsa religius atau bangsa sekuler?

❓ Tetapi pertanyaan yang lebih tajam adalah: siapa yang memegang otoritas untuk menuliskan jawaban itu dalam sejarah?

Karena sekali lagi: konsep tidak menulis sejarah, penguasa yang menuliskannya.

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Sebagai Panglima Lapangan


Baca Juga: