HomeBlogPolitikBagian 1: Konsep yang Indah, Tapi Mandul di Medan Nyata

Bagian 1: Konsep yang Indah, Tapi Mandul di Medan Nyata

Bagian 1: Konsep yang Indah, Tapi Mandul di Medan Nyata

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

Bangsa ini tidak kekurangan konsep. Seminar, forum diskusi, buku akademik, hingga pidato pejabat penuh dengan ide besar: keadilan sosial, kedaulatan energi, ekonomi kerakyatan, demokrasi Pancasila, hingga jargon revolusi industri 5.0.

Di atas kertas, semua gagasan itu tampak indah. Tetapi mari jujur: berapa banyak yang benar-benar hidup dalam realitas bangsa ini?

🗺 Konsep: Peta Tanpa Kaki

Konsep hanyalah peta. Ia bisa menuntun arah, tapi tidak akan pernah membawa seorang musafir sampai tujuan bila tidak ada kaki yang berjalan.

Begitu pula ide besar tentang bernegara. Tanpa daya sosial-politik yang menggerakkannya, konsep itu hanya akan:

  • Mandek di ruang seminar,
  • Menumpuk di rak perpustakaan,
  • Atau jadi bahan kampanye lima tahunan.

Imam Al-Ghazali menegaskan:

“العلم بلا عمل جنون والعمل بلا علم لا يكون”
“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
(Ihya’ Ulumuddin, Juz 1, hlm. 51)

📌 Dalam konteks kehidupan berbangsa, konsep tanpa implementasi politik adalah kegilaan intelektual. Kita berdebat panjang tentang teori, tetapi tidak ada langkah nyata untuk menguasai jaringan, otoritas, dan kekuasaan yang bisa mewujudkannya.

⚰️ Wacana yang Jadi Kuburan

Banyak bangsa, gerakan, bahkan organisasi, hancur bukan karena mereka miskin ide. Justru sebaliknya: mereka mati karena terlalu banyak ide, terlalu sedikit aksi.

Konsep mereka akhirnya hanya jadi batu nisan intelektual, dikenang segelintir akademisi, bukan menjadi sistem hidup yang membentuk peradaban.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah memberi sindiran keras:

“كثير من الأمم قد هلكت بأحلامها ولم تنهض بأعمالها”
“Banyak bangsa hancur oleh mimpinya, bukan karena amal nyata yang ditegakkannya.”

🪞 Sindiran untuk Kita

Bukankah ini realitas kita hari ini? Kita adalah bangsa yang sibuk mengoleksi konsep:

  • Kita punya konsep “Trisakti” Bung Karno.
  • Kita punya konsep “Demokrasi Pancasila.”
  • Kita punya konsep “Ekonomi Kerakyatan.”
  • Kita punya konsep “Visi Indonesia Emas 2045.”

Namun di medan nyata, apa yang terjadi?
⚠️ Rakyat tetap terjajah oleh oligarki.
⚠️ SDA dikuasai asing.
⚠️ Demokrasi dibajak oleh pemodal.
⚠️ “Indonesia Emas” hanya jadi jargon indah tanpa peta jalan sosial-politik yang jelas.

👉 Inilah penyakit kita: banyak peta, tapi tak punya kaki untuk berjalan.

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Sebagai Panglima Lapangan


Baca Juga: