HomeBlogPoligamiPoligami dan Kesadaran Qowwamah:

Poligami dan Kesadaran Qowwamah:

Poligami dan Kesadaran Qowwamah:

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

Menjawab Tuduhan, Menegakkan Syariat, dan Membela Peradaban


📌 Pendahuluan: Antara Realitas Sosial dan Tuduhan Naif

Di tengah meningkatnya perceraian, rusaknya institusi keluarga, dan maraknya hubungan non-marital, poligami tetap menjadi isu yang sering disalahpahami.

Tuduhan “pelaku poligami hanya menuruti hawa nafsu” bukan hanya tidak ilmiah, tapi juga:

  • Mengabaikan sejarah
  • Menolak dalil
  • Menutup mata terhadap realitas sosial

Padahal, poligami dalam Islam adalah bagian dari rekayasa sosial langit berbasis syariat dan rahmat.

Tulisan ini menyajikan pembelaan berdasar dalil, data, dan logika, bahwa poligami adalah jalan peradaban, bukan sekadar urusan pribadi.


📖 1. Dalil Syariat: Poligami sebagai Rukhshah dan Sistem Perlindungan

Allah ﷻ berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 3:

“…Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka satu saja…”

Poin penting dari ayat ini:

  • Islam tidak memerintahkan, tapi mengizinkan poligami dengan syarat ketat
  • Syarat utama: kemampuan berlaku adil, bukan sekadar keinginan menikah lagi

📚 Ulama seperti Imam al-Qurtubi dan Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini muncul untuk mengatasi krisis sosial pasca-perang.

Namun, hukum syariat tetap berlaku umum dan abadi, selama maqashid-nya terpenuhi.


📊 2. Data Sosial Modern: Krisis Lelaki dan Meledaknya Perceraian

Ada yang berkata, “Poligami hanya cocok saat banyak janda pasca perang.” Benarkah?

🔎 Faktanya:

  • 70% gugatan cerai di Indonesia diajukan oleh istri (Data PA MA RI, 2023)
  • Alasan dominan: suami tidak bertanggung jawab, lemah kepemimpinan, tidak memberi nafkah psikologis dan batin

📈 Data BPS juga menunjukkan meningkatnya jumlah single mother dan wanita tanpa pasangan usia produktif.

Artinya?

Krisis suami sebagai Qowwam, bukan karena perang fisik, tapi karena ruh kepemimpinan lelaki yang mati.

Solusinya tetap sama: Pernikahan syar’i, bukan hubungan sembunyi-sembunyi.


⚠️ 3. Tuduhan Hawa Nafsu: Klaim Emosional yang Tidak Berdasar

Tuduhan “pelaku poligami menuruti nafsu” sering:

  • Tanpa data
  • Menggeneralisasi kasus pribadi
  • Didorong trauma, emosi, atau ketidaksukaan pada syariat

📌 Padahal:

  • Nafsu itu fitrah, bukan dosa
  • Yang dosa adalah penyalurannya yang salah

Jika dijalankan dengan adil dan kepemimpinan ruhani, poligami justru adalah kontrol nafsu, bukan pelampiasan nafsu

“Seorang suami yang mampu menikahi istri kedua, sambil tetap mencintai, menafkahi, dan membimbing istri pertama dengan adil dan kasih sayang, adalah lelaki yang mengendalikan nafsu dengan takwa.”
Coach Hafidin


🧠 4. Poligami Tidak Untuk Semua, Tapi Sangat Diperlukan Umat

Poligami bukan hak bebas, melainkan ruang eksklusif bagi lelaki yang:

  • Disiplin spiritual tinggi
  • Kendali emosi matang
  • Siap menafkahi secara materi, biologis, psikologis, dan spiritual
  • Berjiwa Qowwam, bukan sekadar berstatus suami

🧭 Private Mentoring Poligami (PMP) oleh Coach Hafidin menerapkan:

  • Filter pendapatan
  • Komitmen mentoring
  • Evaluasi karakter dan mindset

Syariat ini harus dijalankan oleh yang layak, bukan oleh yang sembrono.


5. Penutup: Saatnya Umat Berhenti Menyerang Syariat, Mulai Menyerang Kebodohan

Yang salah bukan poligaminya, tapi:

  • Poligami tanpa ilmu
  • Suami tanpa kepemimpinan
  • Umat yang latah menolak syariat tanpa studi dan pemahaman

“Kita terlalu banyak menyerang poligami, tapi diam saat zina dan perselingkuhan merajalela.”

📌 Poligami bukan alat penindasan.
Ia adalah mekanisme langit untuk:

  • Melindungi perempuan
  • Menjaga kesucian cinta
  • Membangun keluarga berkah

Jika dijalankan oleh suami yang benar, poligami akan jadi cahaya.
Jika ditolak tanpa ilmu, kita menutup solusi dari Allah.


🎤 Penutup dari Coach Hafidin:

“Dulu perempuan kehilangan suami karena perang.
Sekarang mereka kehilangan suami…
padahal laki-lakinya masih hidup.
Tapi ruh kepemimpinannya sudah mati.”

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Mentor Poligami Expert


Baca Juga: