HomeBlogPoligamiPoligami Bukan Soal Jumlah, Tapi Soal Jiwa Qowwam:

Poligami Bukan Soal Jumlah, Tapi Soal Jiwa Qowwam:

Poligami Bukan Soal Jumlah, Tapi Soal Jiwa Qowwam:

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

Dialektika Kritis untuk Zaman yang Banyak Suami Lemah


🧩 Pendahuluan: Mematahkan Dalih Lama, Membuka Kesadaran Baru

Sudah bertahun-tahun argumen ini beredar:

“Poligami itu hanya relevan di zaman Nabi karena saat itu banyak perempuan menjadi janda akibat perang.”

Terdengar masuk akal. Tapi lemah secara nalar, dan dangkal secara sejarah.

Coach Hafidin, dengan pengalaman nyata membina 4 istri selama lebih dari dua dekade serta membimbing ratusan suami dalam Private Mentoring Poligami (PMP), menyodorkan dialektika baru:

“Sekarang syariat poligami justru lebih relevan, karena zaman ini krisis Qowwamah. Banyak lelaki hidup, tapi tak hadir. Banyak istri menangis, tapi tak didengar.”


📉 1. Dulu Banyak Perang, Sekarang Banyak Suami Lemah

📊 Data Pengadilan Agama Indonesia:
Lebih dari 70% gugatan cerai diajukan oleh perempuan.

Apa artinya?

➡️ Banyak istri kecewa dan menyerah, karena suami tidak mampu menjadi pemimpin keluarga.

❗ Masalahnya bukan jumlah istri, tapi kualitas suami yang memprihatinkan.


📜 2. Syariat Poligami Itu Tetap Hidup, Tapi Harus Dipimpin Lelaki yang Hidup Jiwanya

Poligami bukan hak bebas, tapi izin terbatas dan bersyarat.

Allah ﷻ berfirman dalam QS. An-Nisa: 3:

“…Jika kamu khawatir tidak bisa berlaku adil, maka satu saja…”

🧠 Bagi Coach Hafidin, kalimat “takut tidak adil” adalah alat ukur:

  • Sudah merdeka secara waktu, harta, emosi, dan spiritual?
  • Siap mengemban amanah cinta ganda atau hanya akan menambah luka?

🛡️ 3. Poligami adalah Proyek Peradaban, Bukan Pelampiasan Pribadi

Coach Hafidin menegaskan:

“Yang boleh poligami bukan semua lelaki. Tapi hanya lelaki Qowwam.”

Siapa itu Qowwam?

✅ Lelaki kuat secara ruhani
✅ Pemimpin dan pelindung
✅ Adil secara waktu, rasa, dan ruh

Poligami bukan tentang menambah perempuan, tapi memperluas perlindungan syar’i lewat pemimpin sejati.

Jika lelaki:

  • Masih emosional
  • Gagal mengelola nafkah 4 dimensi
  • Tidak disiplin spiritual dan komunikasi

📌 Maka belum layak bicara poligami. Bahkan untuk satu istri pun, ia masih harus belajar.


4. Menolak Poligami Tanpa Ilmu = Menyumbang Kerusakan Sosial

Ironisnya, mereka yang paling keras menolak poligami justru:

  • Tidak menawarkan solusi untuk para janda dan single mother
  • Tidak bersandar pada dalil, hanya pada emosi dan pengalaman pribadi
  • Menutup mata bahwa poligami menyelamatkan banyak jiwa dalam sejarah

Kalau lelaki Qowwam tidak diberi ruang menjalankan syariat ini:

⚠️ Perempuan mencari pria lain secara diam-diam
⚠️ Hubungan tanpa status akan marak
⚠️ Sistem keluarga Islam akan rapuh


🏁 Penutup: Poligami Tidak Pernah Salah, Asal Dipimpin oleh Lelaki yang Layak

Kita tidak sedang bicara syahwat. Kita sedang bicara struktur perlindungan sosial berbasis wahyu.

Hari ini, poligami tetap relevan karena:

  • Banyak istri kecewa
  • Banyak anak kehilangan sosok ayah
  • Sedikit lelaki yang mampu memimpin

✅ Maka solusinya: mendidik lebih banyak lelaki menjadi Qowwam.

“Dulu perempuan kehilangan suami karena perang. Sekarang mereka kehilangan suami… padahal laki-lakinya masih di rumah, tapi jiwanya tidak memimpin.”
Coach Hafidin


🎯 Poligami Bukan Beban, Tapi Jalan Kepemimpinan

Untuk lelaki yang siap bertumbuh dan memimpin, bukan sekadar menikah—poligami adalah ladang amal dan kepemimpinan sejati.

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Mentor Poligami Expert


Baca Juga: