
Coach Hafidin | 0812-8927-8201
Jawabannya:
Kapan saja oke, asal suaminya sudah oke. ✅
Dalam diskusi ringan namun dalam maknanya, muncul pertanyaan sederhana:
“Ustadz, jadi kapan waktu kita ngasih tahu istri? Sebelum melamar calon atau setelah nikah?”
Jawaban yang muncul sangat padat namun bermakna:
“Kapan saja oke, kalau suaminya sudah oke.”
Kalimat ini bukan sekadar guyonan. Tapi sarat makna psikologis, spiritual, dan kepemimpinan Qowwamah.
1. 🧠 Yang Perlu Siap Bukan Istri, Tapi Suami
Suami sering terjebak dalam pola pikir “bagaimana memberi tahu istri”, padahal pertanyaan yang lebih penting adalah:
“Apakah saya sendiri sudah layak diberi tahu oleh Allah bahwa saya pantas menambah istri?”
Karena kalau:
- Suami belum paham Qowwamah
- Nafkah masih timpang
- Emosi belum stabil
- Strategi belum matang
- Spiritualitas masih goyah
Maka memberi tahu istri hanya akan memicu drama, bukan membangun rumah tangga kedua yang damai.
2. 🛤️ Poligami Itu Perjalanan Kepemimpinan, Bukan Urusan Kejujuran Mendadak
Memberi tahu istri bukan sekadar berkata:
“Aku mau nikah lagi.”
Tapi soal bagaimana suami membangun kesiapan spiritual, psikologis, dan emosional istri — dan itu dimulai dari dirinya sendiri.
“Kalau hatimu masih takut-takut, lisannya akan terbata-bata. Tapi kalau jiwamu sudah tenang, istrimu bisa ikut tenang.”
— Coach Hafidin
3. ⏳ Tidak Ada Waktu Ideal Selain Saat Suami Sudah Stabil
Mau sebelum atau sesudah lamaran, itu soal teknis.
Yang prinsipil adalah:
- Apakah suami sudah siap mendampingi istri menghadapi badai?
- Apakah suami sudah siap menanggung beban 2 cinta, 2 jiwa, 2 rumah?
Kalau belum, maka mengabarkan lebih dulu hanya akan menjadi pemantik luka, bukan pembuka jalan ridha.
4. 🧭 Di PMP, Suami Dilatih untuk Jadi Oke Dulu
Dalam Private Mentoring Poligami (PMP), kita tidak fokus pada “kapan ngomong ke istri”, tapi:
- 🔹 Bagaimana memperkuat ruhiyah dan jiwa kepemimpinan suami
- 🔹 Bagaimana membangun pesona, wibawa, dan sistem rumah tangga bertahap
- 🔹 Bagaimana menyembuhkan luka lama di pernikahan pertama
- 🔹 Bagaimana membuat istri tunduk karena hormat, bukan karena terpaksa
📌 Penutup:
Jadi…
Bukan masalah “kapan” kamu bicara, tapi “siapa” kamu saat bicara itu.
Kalau kamu sudah jadi suami yang tenang, bijak, dan penuh Qowwamah,
maka mau bilang sebelum atau sesudah, istri akan lebih siap menerima.
Tapi kalau kamu masih gelisah, bimbang, atau penuh keraguan…
Jangankan istri, bahkan dirimu sendiri belum siap menghadapi kenyataan.
Mainkan proses persiapanmu.
Bukan hanya persiapan pernikahan kedua,
tapi pengokohan jiwa kepemimpinan rumah tangga.
Karena kalau kamu sudah oke, semua waktu jadi oke.
Dan kalau kamu ikut PMP, kamu akan tahu cara jadi oke — secara utuh, tegas, dan tetap penuh cinta.
Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Mentor Poligami Expert
Baca Juga: