
Coach Hafidin | 0812-8927-8201
Tanda Amarah, Dendam, dan Invasi Oligarki Cina atas Bangsa Indonesia
⚠️ Naga itu bukan sekadar simbol.
Ia adalah mantra kebesaran, lambang arogansi, dan bayangan dendam purba dari sebuah kekaisaran yang tak pernah ridha dihina.
Dan kini, naga itu bertaring lagi.
Menerkam diam-diam, dalam bentuk investasi, proyek infrastruktur, dan hegemoni ekonomi.
🐉 1. Naga: Simbol Kekuasaan dan Supremasi Kekaisaran
Dalam budaya Tiongkok, Naga bukan makhluk mitos biasa.
Ia adalah perlambang kaisar, lambang kekuatan langit, dan simbol dominasi atas wilayah taklukan.
Setiap kali naga dicetak, ditanam, atau dijadikan patung raksasa, itu bukan ornamen. Itu pernyataan:
“Inilah wilayah kekuasaanku.
Yang menginjaknya harus tunduk.”
💼 2. Dulu Datang dengan Tombak, Kini Datang dengan Tangan Besi Halus
Tahun 1293, naga kekaisaran Yuan dipatahkan oleh kecerdikan Raden Wijaya.
Tapi dendam itu tidak padam.
Karena dalam benak oligarki Cina, kekalahan itu harus ditebus—jika tidak dengan perang, maka dengan penguasaan.
Hari ini, lambang naga kembali muncul di tanah kita:
- Di atas gerbang proyek tambang
- Di pelabuhan dan kawasan ekonomi khusus
- Di kawasan industri yang “dibangun bersama”, tapi dikuasai sepihak
- Bahkan di dalam pagar rumah dinas pejabat lokal yang tak sadar membentangkan karpet merah untuk sang penjajah
🚫 Itu bukan kebetulan. Itu pengingat. Itu klaim teritorial.
🕵️♂️ 3. Naga sebagai Tanda Invasi Halus
Perhatikan pola dan kehadirannya:
- Naga muncul di pelabuhan strategis
- Naga berdiri megah di kawasan tambang dan industri berat
- Naga dipuja sebagai simbol “keberuntungan dan kekayaan”
Padahal, keberuntungan itu mengalir ke luar negeri—bukan ke rakyat Indonesia.
Kita ditidurkan dengan simbol.
Dibutakan dengan arsitektur.
Ditelan perlahan oleh “kerja sama” yang tak seimbang.
🧠 4. Ini Bukan Islamofobia, Tapi Sejarahofobia
Kenapa naga harus ditegakkan di tanah ini?
Kenapa simbol penjajahan itu diberi tempat mulia?
Karena mereka ingin membalik sejarah.
Dendam Singosari belum lunas.
Kekalahan Kubilai Khan masih mengendap dalam DNA oligarki modern.
Mereka ingin rakyat Indonesia lupa,
bahwa dulu kita pernah mengalahkan mereka.
Dan kini, mereka tanam naga,
agar kita menyembah mereka.
🔥 5. Maka Bangkitlah, Pewaris Tanah Leluhur!
- Tolak simbol penjajahan yang disamarkan sebagai budaya
- Bongkar narasi kolaborasi yang sejatinya eksploitasi
- Lawan hegemoni simbolik sebelum mentalmu ditundukkan sepenuhnya
Sadarkan bangsamu:
Naga bukan lambang sahabat, tapi lambang dominasi!
Jika kamu diam,
anak cucumu tak akan tahu bahwa dulu bumi ini pernah bebas dari cengkeraman naga.
Mereka hanya tahu, kamu tunduk dan mengizinkan bendera penjajah berkibar di kepalamu.
✊ Raden Wijaya tidak melawan naga pakai demo,
tapi pakai strategi dan kekuatan jiwa kepemimpinan.
Kini giliranmu.
Apakah kau masih ingin swafoto di bawah patung naga?
Atau kau ingin mencabut kukunya dari tanah pusaka?
Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Mentor Poligami Expert
Baca Juga: