HomeBlogSuami QowwamIqomatuddin & Jima’: Dua Sayap Lelaki Qowwam

Iqomatuddin & Jima’: Dua Sayap Lelaki Qowwam

Iqomatuddin & Jima’: Dua Sayap Lelaki Qowwam

Coach Hafidin | 0812-8927-8201

Ketika Ketaatan di Masjid Tak Boleh Bertolak Belakang dengan Kenikmatan Halal di Rumah


🔑 Pendahuluan: Paradoks Lelaki Beriman
Banyak lelaki tampak shalih di luar rumah: rajin dakwah, semangat shalat malam, aktif di kajian, bahkan menggenggam peran penting dalam dakwah umat.
Namun, ketika pulang ke rumah — mereka menjadi sosok dingin, pasif, bahkan gagap menunjukkan cinta halal pada istrinya.

Inilah paradoks “aktif secara spiritual tapi tumpul secara biologis dan emosional.”
Dan inilah yang ingin dibenahi oleh paradigma Iqomatuddin & Jima’:
Bahwa menjadi lelaki Qowwam itu harus unggul di dua medan:

1️⃣ Menegakkan agama di luar rumah, dan
2️⃣ Menegakkan cinta halal di dalam rumah.


📌 1. Iqomatuddin: Sayap Kepemimpinan di Ruang Publik
Istilah “Iqomatuddin” berasal dari akar kata أقام – يقيم yang bermakna menegakkan, mendirikan, dan menghidupkan.
Dalam Al-Qur’an, Allah menyandingkan kata ini dengan shalat dan agama:

“أَقِمِ الدِّينَ” — Tegakkanlah agama!
(QS. Asy-Syura: 13)

Lelaki Qowwam adalah dia yang:
✔️ Berani memimpin dakwah
✔️ Terjun dalam pengurusan umat
✔️ Menjadi pelindung akidah keluarga dan komunitasnya
✔️ Siap berdiri paling depan membela syariat

Tapi jangan keliru.
Menegakkan agama bukan cuma tampil di mimbar atau berteriak di medan aksi.
Ia juga harus menegakkan kasih sayang halal di dalam rumahnya — inilah sayap kedua.


📌 2. Jima’ Halal: Sayap Cinta dalam Kamar yang Mendatangkan Pahala
Rasulullah ﷺ bersabda:

“Dalam jima’ kalian ada sedekah.”
Para sahabat bertanya,
“Ya Rasulullah, apakah ketika seseorang menunaikan syahwat juga mendapatkan pahala?”
Beliau menjawab:
“Bukankah jika menyalurkannya di tempat haram dia berdosa? Maka menyalurkannya di tempat halal, ia mendapat pahala.”
(HR. Muslim no. 1006)

Hadits ini mengandung revolusi spiritualitas seksualitas Islami.

Dalam Islam:
✔️ Berjima’ bukan hal kotor, tapi ibadah jika diniatkan dengan benar.
✔️ Menyenangkan istri secara fisik adalah wujud kesempurnaan cinta dan akhlak.
✔️ Menurut Imam al-Ghazali, jima’ yang halal:
  ➡️ Menguatkan semangat
  ➡️ Menjaga kehormatan
  ➡️ Menyambung silaturrahim antara ruh dan jasad suami-istri

Jadi, jika engkau sibuk membela Islam, tapi istrimu kesepian secara biologis dan emosional, maka engkau sedang menegakkan Islam di luar — sambil merobohkannya di dalam rumah.


🧠 Dialektika: Mengapa Banyak Laki-laki Gagal Menyeimbangkan Dua Sayap Ini?

1️⃣ Miskonsepsi tentang ibadah
  ➡️ Menganggap ibadah hanya zikir, shalat, dan dakwah.
  ➡️ Padahal jima’ halal juga ibadah jika diniatkan lillah.

2️⃣ Budaya malu dan tabu
  ➡️ Merasa risih membahas kebutuhan seksual.
  ➡️ Padahal Rasulullah ﷺ terbuka bicara soal ranjang kepada para sahabat.

3️⃣ Gagal mengelola energi biologis
  ➡️ Sibuk dengan umat, tapi lalai urusan gairah rumah tangga.
  ➡️ Akibatnya? Jatuh pada yang haram.


💎 Kesimpulan: Qowwam Sempurna Itu Seimbang — Bukan Pilih Salah Satu

Jadilah suami yang:
💥 Bertaring di luar rumah — menegakkan agama tanpa gentar
💞 Bergetar di dalam rumah — menjadi pemeluk cinta halal bagi istri

Keseimbangan ini akan menjadikan rumah tanggamu:
🏡 Ladang pahala
❤️ Sarang cinta
🛡️ Benteng peradaban Islam

📌 Maka, jangan:
❌ Bangga tahajud jika istrimu menangis karena tak disentuh
❌ Rajin mengajar tafsir tapi lupa memeluk istrimu
❌ Sibuk dakwah tapi lupa dakwah cinta di kamar


🔥 Penutup:

Lelaki Qowwam itu seperti sayap burung.
Tanpa keseimbangan antara Iqomatuddin dan Jima’, ia takkan pernah terbang membawa keluarganya menuju surga.


📞 Coach Hafidin — Mentor Poligami & Qowwamah Mastery
📌 Program: Private Mentoring Poligami (PMP)
📱 0812-8927-8201
“Belajar Menjadi Lelaki yang Dicintai Allah, Dirindukan Istri, dan Ditakuti Setan.”

Barokallah fiikum
Coach Hafidin – Mentor Poligami Expert


Baca Juga: